Kendal (Humas) – Kementerian Agama Kabupaten Kendal terus berkomitmen memperkuat nilai-nilai moderasi beragama di dunia pendidikan. Hal ini diwujudkan melalui kegiatan Penguatan Implementasi Moderasi Beragama bagi seluruh guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah umum se-Kabupaten Kendal. Acara berlangsung pada Rabu (3/8/2025) di Aula KPRI Hikmah, Jalan Pemuda No. 104, Pegulon, Kendal, dan diikuti oleh puluhan guru PAI dari berbagai jenjang pendidikan.
Kegiatan tersebut secara resmi dibuka oleh Kepala Kantor Kemenag Kendal, Zainal Fatah. Dalam sambutannya, Ia menyampaikan bahwa guru PAI memegang peranan penting dalam membentuk karakter peserta didik agar memiliki pemahaman agama yang moderat, inklusif, serta menghargai perbedaan.
“Guru PAI harus menjadi teladan. Tugasnya bukan hanya mengajarkan teori, tetapi juga membimbing siswa melalui keteladanan nyata, terutama dalam hal menghargai kepercayaan orang lain. Dengan begitu, moderasi beragama bisa tertanam sejak dini di lingkungan sekolah,” tegasnya.
Acara dilanjutkan dengan pembacaan doa bersama, seraya berharap penguatan implementasi moderasi beragama akan memberikan dampak nyata bagi terciptanya suasana pendidikan yang harmonis, inklusif, dan damai di seluruh sekolah umum di Kabupaten Kendal.
Rangkaian acara menghadirkan empat narasumber dengan latar belakang keilmuan yang beragam.
- Kasan Asari, dosen di Universitas Wahid Hasyim (UNWAHAS) Semarang, mengawali sesi dengan pemaparan tentang nilai-nilai universal dalam agama. Ia menekankan pentingnya membangun sikap diri universal yang bisa menjadi jembatan bagi siswa dalam berinteraksi dengan beragam latar belakang.
- Amin Nurbaedi, dosen PAI STIE AMA Salatiga, melanjutkan dengan materi mengenai realita dan idealita moderasi dalam praktik PAI. Ia menyoroti tantangan yang kerap dihadapi guru di lapangan, serta memberikan strategi konkret agar nilai-nilai moderasi dapat diinternalisasikan secara efektif.
- Ismiyatun Chasanah, perwakilan Kelompok Kerja Guru (KKG) PAI Provinsi Jawa Tengah, menyampaikan konsep pembiasaan dan penumbuhan iklim moderasi di sekolah. Ia menjelaskan bahwa moderasi tidak cukup hanya diajarkan, tetapi harus dilatih dan dibiasakan melalui program serta budaya sekolah yang positif.
- Iman Fadhilah, Dekan Fakultas Agama Islam UNWAHAS Semarang, menutup rangkaian materi dengan mengangkat tema konsep cinta dan moderasi beragama, serta bagaimana hal tersebut dapat diintegrasikan ke dalam modul ajar PAI. Menurutnya, cinta adalah fondasi dari sikap moderat, dan guru PAI perlu merancang pembelajaran yang menumbuhkan semangat kasih sayang, toleransi, dan saling menghargai.
Setelah penyampaian materi, kegiatan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan diskusi interaktif. Guru-guru PAI berkesempatan menyampaikan pertanyaan, berbagi pengalaman, dan mendiskusikan tantangan yang mereka hadapi di sekolah masing-masing. Diskusi berlangsung hangat, dengan beragam topik seperti cara menghadapi intoleransi di lingkungan sekolah, strategi penguatan toleransi melalui kegiatan ekstrakurikuler, hingga model integrasi moderasi beragama dalam kurikulum. Narasumber memberikan jawaban aplikatif dan memberikan contoh nyata yang dapat segera diimplementasikan oleh para guru.
Kegiatan ini menjadi salah satu bentuk ikhtiar Kemenag Kendal untuk memastikan bahwa implementasi moderasi beragama tidak berhenti sebatas wacana, melainkan benar-benar diterapkan dalam proses pembelajaran.
Dengan adanya pembekalan ini, diharapkan seluruh guru PAI di Kabupaten Kendal mampu mengembangkan pola pengajaran yang tidak hanya menanamkan ilmu agama, tetapi juga memperkuat sikap toleransi, menghargai keberagaman, serta menumbuhkan semangat persaudaraan di kalangan siswa.