Kendal – Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kendal Drs. H. Saerozi, MSi memberikan apresiasi kepada Program Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran (PINTAR) Tanoto Foundation karena mendukung optimalisasi peran serta masyarakat dalam pengelolaan pendidikan. Langkah ini dinilai sangat tepat karena telah terbukti bahwa peran masyarakat untuk kemajuan pendidikan sangat besar khususnya bagi peningkatan kualitas pendidikan.
“Sebagai mitra Tanoto Foundation kita sangat diuntungkan. Karena bagaimanapun keterbatasan kami, berkenaan dengan anggaran DIPA yang ada di Kementerian Agama, penguatan internal untuk mendukung partisipasi dari masayarakat sangat tepat, karena akan berdampak langsung pada peningkatan kualitas pendidikan,” ungkap Kakan Kemenag saat membuka acara pelatihan praktik baik modul II manajemen berbasis madrasah dan budaya baca di MTs Negeri 1 Kendal yang diselenggarakan oleh Pemkab Kendal dan Tanoto Foundation, Kamis (17/10).
Kolabolasi tersebut terlihat nyata dalam pelatihan yang hari ini diselenggarakan oleh Program PINTAR. Program telah mempertemukan 3 elemen pendidikan di madrasah. Yaitu kepala madrasah, guru senior dan komite madrasah. Mereka duduk bersama dan secara bertahap dipandu untuk berkolaborasi memetakan keberhasilan yang telah dilakukan setelah menerapkan modul 1, kemudian mencari potensi untuk dioptimasi sehingga menjadi daya dorong kemajuan madrasah.
“Kolaborasi dan pola pembelajaran dari Tanoto Foundation ini menjadikan madrasah, siswa, guru-guru kita menjadi lebih partisipatif dan lebih baik. Guru menjadi mampu mengembangkan sendiri pola dengan baik dan bisa menunjukkan hasilnya dengan baik,” ujar Drs H Saerozi, MSi.
Semetara itu, Koordinator Tanoto Foundation Jawa Tengah, Dr Nurkolis, MM menjelaskan kolaborasi dengan komite sangat bergantung pada kepemimpinan kepala madrasah. Karena kepala madrasah adalah kunci perubahan di madrasah.
“Kolaborasi dengan semua aspek sangat dibutuhkan, namun kunci suksesnya tetap di kepala. Setidaknya ada tiga peran utama kepemimpinan kepala madrasah. Mulai dari kepemimpinan perubahan, kepemimpinan pembelajaran, dan kepemimpinan kewirausahaan. Bila hal ini dilakukan secara maksimal, maka kolaborasi dengan masyarakat akan berjalan dengan optimal,” ungkap Doktor bidang manajemen madrasah ini.
Nurkolis menyebutkan sebagai agen perubahan. Kepala madrasah harus membuat program. Merencanakan program dan melakukan serangkaian kegiatan agar tujuan utama pendidikan tercapai. Kedua, kepala madrasah sebagai pemimpin pembelajaran. Kepala madrasah harus memfokuskan, mendorong, memonitor, dan selalu berupaya untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh gurunya.
“Ketiga, adalah kepemimpinan kewirausahaan. Kalau dilevel MI dan MTs diterjemahkan sebagai peran kepala madrasah dalam mewujudkan program-program yang kreatif, inovatif, dan mempunyai ide-ide yang baru untuk perbaikan madrasah,” jelas Nurkolis.
Pelatihan manajemen sekolah dan budaya baca ini, diikuti oleh 64 peserta dan dilaksanakan selama dua hari. Mereka akan dilatih tentang pengelolaan pendidikan dan pengembangan budaya baca di madrasah. Beberapa unit yang akan dilatihan secara bertahap mulai dari kaji ulang kemajuan madrasah, pengelolaan program budaya baca, tranparansi dan akuntabilitas, supervisi pembelajaran, kepala sekolah yang efektif, dan sikap dan tindakan untuk meningkatkan mutu madrasah. (ja)