Praktisi Media Sigit Raharjo mengapresiasi temuan hasil monitoring dan analisis media terkait berita seputar Kementerian Agama yang didominasi berita positif. Namun demikian, dengan total berita hanya 2.343 dalam tiga setengah bulan terakhir, menurut Sigit, secara kuantitas hal itu masih kurang dari cukup, demikian pernyataan yang kami lansir dari web portal kemenag.go.id
Dengan satker yang demikian besar dan tersebar di seluruh Indonesia, minimal lebih 1000 perbulan berita seputar Kementerian Agama. Untuk itu, Sigit berpandangan bahwa mendesak bagi Kementerian Agama untuk memperkuat kehumasannya.
“Pentingkanlah humas ini, mungkin perlu dinaikkan eselonnya. Ini fungsi yang super penting. Fungsi kehumasan itu. Sehebat apapun institusi itu, harus mempunyai etalase yang baik,” tegas Sigit saat menjadi salah satu narasumber pada Seminar Hasil Monitoring dan Analisis Media “Apa Kata Media tentang Kementerian Agama?” yang diadakan Pusat Informasi dan Humas Kemenag di Auditorium HM Rasjidi, Jakarta, Jumat (22/04)
Seminar yang diawali dengan paparan Kepala Pinmas Rudi Subiyantoro tentang hasil monitoring dan analisis media dalam tri wulan pertama 2016 ini dihadiri pejabat Eselon I dan II pusat, Kakanwil Kemenag dan Pimpinan Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri seluruh Indonesia, serta para penanggung jawab kehumasan di Kanwil Kemenag. Selain Sigit, tampil sebagai narasumber Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan Sekjen Kemenag Nur Syam.
“Monitoring media itu cuma alat, untuk menyusun humas ke depan. Lewat monitoring, kita membangun penjelasan yang lebih cepat kepada publik dan itu diperlukan kehumasan yang kuat,” jelasnya.
Selain itu, Sigit juga menyoroti pentingnya Kementerian Agama mengoptimalkan pemanfaatan media internalnya. Portal dan media sosial merupakan sarana strategis yang bisa dimaksimalkan dalam penyebaran informasi dan layanan Kementerian Agama.
“Marilah Kemenag membangun media sendiri, dengan segala SDM yang ada. Website Kementerian itu menjadi rujukan pertama media untuk menyebarkan informasi. Ada banyak kemudahan yang bisa diberitakan lewat media internal, semisal website dan media sosial lainnya,” kata Sigit.
Merespon pandangan Sigit, Menag Lukman mengaku kalau pihaknya sekarang sedang memikirkan sturktur yang terbaik bagi Humas Kementerian Agama. Menurutnya, humas adalah etalase Kementerian dan etalase itu juga menjadi bagian dari pertanggungjawaban publik. “Kita sedang berfikir terkait positioning terkati kehumasan, agar ke depan fungsinya lebih baik,” jelasnya.
Menag juga mendorong agar setiap pimpinan Kemenag dapat tampil sebagai juru bicara bagi satkernya masing-masing. Menurutnya, orang yang paling memiliki kapasitas dalam menjelaskan sebuah persoalan adalah para pimpinan satker sesuai dengan bidang dan tugasnya masing-masing. “Jubir Kemenag adalah kita semua. Setiap Rektor, Kakanwil, semua jubir di institusinya masing-masing. Saya berharap betul. Kita yang paling memiliki kapasitas untuk membicarakan hal yang ada di daerah sesuai tugas masing-masing,” ungkapnya.
“Kita harus percaya diri untuk speak up. Syarat utama untuk berbicara depan media, harus tau masalah yang akan disampaikan. Dengan kita mengetahui masalah, akan memudahkan kita untuk berbicara, karena fungsi kita menjelaskan duduk masalah yang ada, tandasnya