
Kendal – Santri kini tak hanya mahir dalam ilmu agama, tetapi juga siap menjadi pewarta yang membawa pesan kebaikan. Dengan semakin berkembangnya dunia digital, kemampuan menulis dan memahami media menjadi keterampilan penting bagi generasi muda, termasuk para santri.
Melalui program Gerakan Santri Menulis (GSM) dan Sarasehan Jurnalistik Ramadan 2025, para santri di Kabupaten Kendal mendapatkan kesempatan berharga untuk belajar langsung dari para jurnalis profesional serta memahami cara menyampaikan informasi yang benar dan bermanfaat bagi masyarakat.
Kegiatan yang berlangsung pada Jumat, 7 Maret 2025, di Pondok Pesantren Muhammadiyah Daarul Arqom, Patean, ini dibuka secara resmi oleh Bupati Kendal, yang diwakili oleh Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat (Aspem) Bapak Suharjo, S.Sos., M.H. Turut hadir dalam acara ini Wakil Pemimpin Redaksi Suara Merdeka Network, Edi Windarto, Wakil dari Pondok Pesantren Daarul Arqom, H. Kholiq Kurniawan, M.Pd, Kepala Kemenag Kab. Kendal Dr. H. Zainal Fatah, S.Ag., M.Si, serta Kasi PD Pontren Dra. Hj. Nur Qoidah, M.Pd.I.
Dalam sambutannya, Kepala Kemenag Kab. Kendal Dr. H. Zainal Fatah, S.Ag., M.Si menekankan bahwa santri memiliki peran strategis dalam membangun narasi positif di era digital.
“Santri harus menjadi agen perubahan, menyebarkan informasi yang benar, serta membawa pesan-pesan kebaikan. Dunia digital bisa menjadi ladang dakwah jika digunakan dengan bijak dan bertanggung jawab,” ungkapnya.
Pada sesi utama, Edi Windarto, Wakil Pemimpin Redaksi Suara Merdeka Network, memberikan materi mengenai teknik jurnalistik dasar, mulai dari cara menulis berita yang menarik, melakukan wawancara yang efektif, hingga memahami kode etik jurnalistik. Ia juga menekankan pentingnya peran santri dalam menyebarkan informasi yang benar dan bermanfaat.
“Menulis berita bukan hanya soal menyampaikan fakta, tetapi juga soal bagaimana kita bisa memberikan inspirasi dan edukasi kepada masyarakat. Santri memiliki modal besar untuk menjadi jurnalis yang berintegritas, karena mereka sudah terbiasa dengan nilai-nilai kejujuran dan tanggung jawab,” ujar Edi Windarto.
Kegiatan ini tak sekadar mengajarkan teknik menulis berita, tetapi juga membekali santri dengan kemampuan memanfaatkan media sosial secara positif. Program ini bertujuan agar santri tidak hanya memahami ilmu agama, tetapi juga mampu menyuarakan nilai-nilai Islam yang damai melalui media.
“Santri tidak hanya bisa mengaji, tapi juga bisa menjadi pewarta kebaikan. Dengan keterampilan menulis yang baik, mereka bisa menyuarakan pesan-pesan Islam yang damai dan mencerahkan,” ujar Agus Fathuddin Yusuf, Ketua Panitia Sarasehan Jurnalistik Ramadan 2025.
Pelatihan ini mencakup berbagai materi, seperti teknik menulis berita, wawancara, hingga pemahaman kode etik jurnalistik. Para peserta diharapkan mampu menghasilkan tulisan yang informatif, inspiratif, serta memiliki dampak positif bagi masyarakat.
Dengan dukungan berbagai pihak, program ini diharapkan dapat mencetak santri yang tidak hanya cerdas dalam ilmu agama, tetapi juga siap menjadi jurnalis masa depan yang profesional dan beretika. Ramadan kali ini bukan hanya tentang ibadah, tetapi juga tentang membangun generasi santri yang melek media dan siap menjadi agen perubahan. (GA)