Kendal – MEGS (Marimas Ecobrick Goes to School) menyambangi MIN 1 Kendal, Sabtu (7/9/2024). Dengan difasilitasi oleh Komunitas Kerajinan Daur Ulang Sampah (KerDUS) Kendal, komunitas yang concern atas isu lingkungan dan pengelolaan serta pemberdayaan sampah, mereka menularkan ilmunya kepada siswa-siswi MIN 1 Kendal dengan mengadakan pelatihan pembuatan Ecobrik.
Kegiatan ini dibuka oleh Subiyono, kepala satuan pendidikan MIN 1 Kendal. Ia menuturkan bahwa kegiatan ini diikuti oleh 180 siswa. Mereka adalah kader adiwiyata yang dipilih dari kelas tiga sampai enam MIN 1 Kendal dan diambil 9 anak tiap kelasnya.
“Kegiatan ini merupakan salah satu upaya MIN 1 Kendal sebagai Sekolah Adiwiyata untuk mengajarkan kepada siswa tentang cara pengelolaan sampai yang baik,” ujar Subiyono.
Harapannya, para kader Adiwiyata nanti bisa menularkan ilma yang ia dapat kepada teman sekelasnya.
Pelatihan pembuatan ecobrik tersebut dipandu oleh Imanudin, founder KerDUS Kendal. Tugas pertama yang harus dilakukan siswa dalam pelatihan itu adalah mengumpulkan sampah plastik dari lingkungan masing-masing. Menurut Imanuddin, sampah plastik tidak boleh dibuang, dibakar, atau ditimbun karena bisa meracuni bumi. Plastik juga termasuk sampah yang tidak bisa didaur ulang. Ketika diolah, plastik hanya bisa di-daur turun, yaitu dihancurkan lalu diolah lagi menjadi menjadi plastik lain yang kualitasnya lebih rendah dari sebelumnya.
Karena itu, menurut Imanudin, di antara cara terbaik untuk mengatasi sampah plastik adalah dengan mengubahnya menjadi ecobrik. Dalam pembuatan ecobrik, sampah plastik dipotong-potong menjadi kecil, lalu dimasukkan dan dipadatkan ke dalam botol bekas kemasan air mineral.
“Berat standar ecobrik adalah sepertiga dari volume botol plastik yang digunakan. Kalau menggunakan botol 600 ml, berarti berat ecobrik minimalnya adalah 200 gram,” terang Imanudin.
Setelah terkumpul banyak botol ecobrik, maka bisa dirangkai dengan cara dilem menggunakan lem silikon dan dibentuk menjadi bermacam benda, seperti kursi, meja, dan lain sebagainya.
Setelah Imanudin menyampaikan materi, ia langsung meminta siswa mempraktikkan pembuatan ecobrik. Setelah terkumpul beberapa botol ecobrik, siswa juga diajak mempraktikkan cara merangkai ecobrik agar bisa diubah menjadi bermacam benda lain.
Salah satu siswa, Raffa dari kelas 4C kesultanan Sambas, mengaku senang dengan adanya pelatihan Ecobrik. Setelah pelatihan itu, ia menjadi lebih paham bahwa sampah bisa merusak lingkungan, tetapi apabila tahu caranya, maka sampah bisa diolah menjadi barang yang bermanfaat dan mempunyai nilai guna. (Zuha)